Petualangan di Sekolah Hijau

Petualangan di Sekolah Hijau

CERITA PILIHAN

Penulis         : Maila Fitriya (9G)

Editor           : Endang Usriyah, S.Pd.

 

Suatu hari di desa Melon Runtuh, hujan deras mengguyur tanpa henti. Di tengah hutan, di sebuah rumah pohon yang berdiri kokoh, tampak empat anak-anak sedang berteduh. Mereka adalah Lisa si pemberani, Lily si penakut, Kana si pintar, dan Dodo si pendiam. Hujan membuat mereka terpaksa tinggal lebih lama di rumah pohon itu, hingga akhirnya sesuatu yang menarik perhatian terjadi.

“Hei, lihatlah! Aku menemukan secarik kertas,” seru Lisa dengan penuh semangat, sambil membuka lipatan kertas yang terlihat sudah usang dan lusuh.

“Apa yang tertulis di dalamnya?” tanya Kana, penasaran.

“Sepertinya ini peta, dan ada beberapa tulisan di sini. Tapi tulisannya sudah kabur,” jawab Dodo sambil memperhatikan kertas tersebut dengan seksama.

Lisa tak bisa menahan rasa penasarannya. “Bagaimana kalau kita menyusuri peta ini? Siapa tahu ada sesuatu yang seru!”

“Jangan! Bagaimana kalau kita tersesat dan tidak bisa pulang?” ujar Lily dengan wajah ketakutan, memeluk lututnya.

“Tidak apa-apa, kita kan sama-sama. Kita pasti bisa. Iya, kan, teman-teman?” Lisa mencoba meyakinkan, dan semua akhirnya mengangguk setuju, meski sedikit ragu.

Mereka pun mulai mengikuti petunjuk yang ada di peta. Perjalanan membawa mereka semakin dalam ke hutan. Namun, di tengah jalan, tiba-tiba mereka dihadang seekor beruang besar yang tampak agresif. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung berlari menghindarinya.

Saat berlari, Lisa tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduh! Jangan tinggalkan aku!” seru Lisa panik.

Teman-temannya segera berbalik dan membantu Lisa bangun. Mereka kembali berlari secepat mungkin, tanpa memikirkan arah hingga akhirnya tiba di sebuah bangunan besar dan misterius. Sebuah sekolah hijau yang tampak menjulang tinggi di antara pepohonan.

“Bagaimana kita bisa sampai di sini?” tanya Lily, masih terengah-engah.

“Mengapa ada sekolah di tengah hutan?” Dodo bertanya, bingung.

“Lihat! Di peta ini, kita sudah sampai di tujuan,” ujar Lisa dengan mata berbinar. “Tapi, kenapa pintunya terkunci? Sangat sulit dibuka!” Lisa mendorong pintu besar itu dengan sekuat tenaga.

Kana, yang selalu memperhatikan detail, melihat sesuatu di gagang pintu. “Ada tulisan di sini. Sepertinya ini sama dengan yang ada di peta.”

Kana mulai membaca tulisan itu dengan hati-hati. Perlahan, pintu besar sekolah tersebut terbuka dengan suara berderit. Mereka masuk ke dalam, disambut oleh pemandangan kotor dan berantakan. Sekolah itu terlihat sudah lama ditinggalkan.

Tiba-tiba, pintu yang tadi terbuka lebar tertutup dengan keras. “Pintu terkunci!” seru Kana, panik.

Seketika, terdengar suara misterius yang mengisi ruangan. “Kalian semua harus menyelesaikan tantangan ini agar bisa keluar!” ucap suara itu, membuat mereka merinding.

Tanpa peringatan, lantai di depan mereka mulai bergerak, membentuk lorong-lorong labirin yang berliku-liku. Tanpa pilihan lain, mereka mulai menyusuri lorong-lorong tersebut, mencoba mencari jalan keluar.

Setelah berjam-jam menyusuri lorong, mereka tetap belum menemukan petunjuk atau jalan keluar. Rasa lelah dan putus asa mulai menghampiri.

“Bagaimana ini? Kita tidak tahu jalan keluar!” keluh Dodo, mulai cemas.

Semua mulai merasa putus asa, namun mereka ingat satu hal: jika tidak menemukan jalan keluar, mereka tidak akan pernah bisa pulang. Tiba-tiba, dari kejauhan mereka melihat seberkas cahaya yang terang.

Saat cahaya itu mendekat, mereka semua terbangun di rumah pohon, di tempat mereka berteduh sebelumnya. Hujan masih mengguyur di luar, tapi mereka kini kembali dengan selamat. Petualangan mereka di sekolah hijau tampak seperti mimpi, atau mungkin bukan? Mereka saling memandang dengan rasa penasaran, bertanya-tanya apakah yang baru saja mereka alami benar-benar nyata atau hanya khayalan.